Menelusuri Jejak Kolonial Bandung Melalui Pameran “Bandoeng and Schoemakers”

Jakarta Selatan, 30 Oktober 2024Dia.lo.gue Artspace mempersembahkan sebuah pameran sejarah yang menggali kisah dan warisan arsitektur Bandung di masa kolonial: “Bandoeng and Schoemakers.” Pameran ini berlangsung dari 30 Oktober hingga 10 Desember 2024, menghadirkan perjalanan sejarah Kota Bandung yang berakar pada era kolonial dan peran besar dari dua arsitek berpengaruh, Charles Prosper Wolff Schoemaker dan Richard Leonard Arnold Schoemaker.

Menghidupkan Kembali Bandung Kolonial dan Jejak Dua Arsitek Penting

Dikuratori oleh Engel Tanzil dan Andra Matin, pameran ini memadukan unsur sejarah, arsitektur, dan nilai-nilai budaya melalui pengenalan jejak-jejak Schoemaker bersaudara. Dalam pameran ini, pengunjung dapat menyaksikan linimasa perkembangan Bandung dari sebuah kampung sederhana menjadi kota modern pada tahun 1906–1940. Berbagai maket karya-karya Schoemaker yang menjadi ikon Bandung turut dipamerkan, seperti Observatorium Bosscha, GPIB Bethel, dan bangunan bersejarah lainnya yang hingga kini masih berdiri kokoh di Bandung.

Dua Lokasi, Satu Kisah Kota

Pameran ini diselenggarakan di dua lokasi utama:

  1. Dia.lo.gue Artspace, Kemang – Menggambarkan perkembangan Bandung dari kampung menjadi kota modern serta menampilkan kehidupan pribadi dan profesional dari Charles dan Richard Schoemaker. Berbagai dokumentasi perjalanan hidup mereka dipajang, mengajak pengunjung memahami visi dan dedikasi mereka dalam membentuk Bandung.
  2. Kopi Manyar, Bintaro – Memperlihatkan karya-karya arsitektur monumental dari Schoemaker bersaudara, termasuk maket Observatorium Bosscha, GPIB Bethel, dan bangunan bersejarah lainnya yang mewakili kontribusi mereka dalam dunia arsitektur Indonesia.

Peran Schoemaker Bersaudara dalam Sejarah Bandung

Tidak hanya sebagai arsitek, Schoemaker bersaudara adalah sosok yang aktif dalam berbagai bidang. Mereka mengajar di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung) dan terlibat dalam pembangunan Masjid Cipaganti, yang memiliki makna spiritual mendalam bagi Charles Schoemaker hingga mengantarkannya menjadi seorang mualaf.

Mengajak Masyarakat Merenungkan Pentingnya Warisan Arsitektur

Pameran ini diadakan berkat kolaborasi berbagai organisasi seperti Yayasan Dialogue Seni Budaya, Bintaro Design District, Studio Woork, dan didukung oleh Institut Teknologi Bandung, Nieuwe Het Instituut, Observatorium Bosscha, serta sponsor dari berbagai lembaga. “Bandoeng and Schoemakers” mengajak masyarakat untuk merenungkan kembali pentingnya bangunan bersejarah dalam konteks budaya dan sejarah Indonesia, khususnya Bandung.

Menggali Inspirasi dari Masa Lalu untuk Masa Depan

Dengan menghadirkan warisan karya, ide, dan gagasan Schoemaker bersaudara, pameran ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan membuka wawasan baru mengenai peran arsitektur dalam membentuk identitas budaya. Bagi yang tertarik dengan sejarah arsitektur Bandung dan perjalanan hidup kedua arsitek tersebut, pameran ini menjadi sebuah kesempatan langka untuk mengeksplorasi jejak sejarah yang mungkin belum pernah tergali.

Ikuti Kami :

Scroll to Top