Pemanasan global dan perubahan iklim adalah isu yang telah merajai perbincangan di berbagai kalangan, dari ilmuwan hingga masyarakat umum. Perubahan iklim bukanlah masalah yang hanya memengaruhi satu negara, tetapi merupakan tantangan global yang mempengaruhi seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebagai negara yang terdiri dari banyak pulau dan lautan yang luas, Indonesia memiliki peran penting dalam upaya mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim. Perubahan cepat yang telah kita saksikan di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh perubahan gaya hidup manusia yang serba instan dan penggunaan teknologi yang meluas. Aktivitas manusia yang merusak lingkungan dapat mengakibatkan peningkatan suhu dan krisis iklim.
Dalam mengenang sosok besar Basoeki Abdullah, kita tak dapat menghindari untuk merenungkan karyanya yang terkenal, “Menyongsong Hari Esok”. Melalui karyanya ini, Basoeki Abdullah berhasil mengekspresikan kegelisahan dan harapan masa depan bagi anak-anak dan remaja. Pertanyaan mendasar yang muncul adalah, apakah mereka akan dapat menyongsong hari esok dengan baik? Pertanyaan tersebut semakin relevan dalam konteks krisis iklim global yang sedang kita hadapi saat ini.
Pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-22 Museum Basoeki Abdullah, mereka telah mengambil langkah penting dalam menantang anak-anak dan remaja untuk mengekspresikan isu-isu seputar krisis iklim melalui seni lukis. Tema yang diusung adalah “Menyongsong Hari Esok: Refleksi Krisis Iklim Melalui Karya Seni Lukis”. Karya seni lukis ini bukan sekadar mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam krisis iklim, tetapi juga berfungsi sebagai panggilan untuk bertindak demi masa depan yang lebih berkelanjutan, seperti yang diungkapkan oleh Gie Sanjaya, yang bertindak sebagai kurator.
Satu hal yang membuat pameran ini begitu istimewa adalah penggunaan bahan pewarna alami dalam proses pembuatan karya seni. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan pengetahuan tradisional tentang pewarnaan alami, serta membangkitkan kesadaran akan pentingnya bekerja bersama-sama. Melalui kolaborasi antara guru, siswa, keluarga, dan komunitas, pameran ini tidak hanya menjadi wadah untuk menciptakan karya seni, tetapi juga untuk mengelola aspek-aspek mental dan emosional yang berkaitan dengan krisis iklim, serta menghasilkan produk estetika yang ramah lingkungan.
Kompetisi seni lukis ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni SD/MI/Sederajat dengan tema “Menyelamatkan Bumi: Tindakan Kecil, Perubahan Besar,” SMP/MTs/Sederajat dengan tema “Memelihara Alam, Menyelamatkan Planet Kita,” dan SMA/SMK/MA/Sederajat dengan tema “Menyelamatkan Bumi, Menjaga Alam Semesta.” Yang membuat kompetisi tahun ini sangat istimewa adalah partisipasi semua tingkatan dalam waktu yang bersamaan.
Lebih dari 2.300 pelajar dari seluruh Indonesia berpartisipasi dalam kompetisi ini. Dalam tahap awal penjurian, 30 karya terbaik dari setiap tingkatan dipilih oleh dewan juri yang terdiri dari Gie Sanjaya sebagai kurator, Tisna Sanjaya sebagai seniman maestro, dan Suroso yang mewakili komunitas Perkumpulan Warna Alam Indonesia (WARLAMI). Setelah proses penjurian, terpilihlah 45 karya terbaik dari tingkat SD, SMP, dan SMA sederajat. Karya-karya ini akan dipamerkan di Museum Basoeki Abdullah mulai tanggal 13 Oktober hingga 30 November 2023.
Selama berlangsungnya pameran, Museum Basoeki Abdullah juga akan menyelenggarakan berbagai program publik, termasuk kegiatan edukasi, diskusi, dan berbagi pengalaman dengan para pemenang kompetisi, serta diskusi bersama para Guru Seni Budaya. Pameran ini sejalan dengan visi Museum Basoeki Abdullah sebagai lembaga pelestarian, pusat edukasi, dan wadah untuk gotong royong serta keberagaman global. Dengan mengambil isu krisis global dan menggabungkannya dengan medium pewarnaan alami dalam kompetisi seni lukis ini, Museum Basoeki Abdullah berperan penting dalam mendidik generasi muda dan membantu kita semua “menyongsong hari esok yang lebih baik.”
Pameran ini adalah langkah berani dan penting dalam menghadapi krisis iklim global yang semakin mendesak. Semoga karya-karya seni yang dihasilkan oleh anak-anak dan remaja ini tidak hanya menjadi sumber inspirasi bagi kita semua, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan urgensi tindakan kolektif dalam menghadapi tantangan ini. Dalam kesatuan, kita dapat menciptakan perubahan positif untuk menyongsong hari esok yang lebih baik dan lebih berkelanjutan.