Intrik Teknik adalah ulasan teknik pembuatan karya seni mingguan Artopologi yang dikemas secara singkat dan familiar. Nantikan Intrik Teknik tiap minggunya dengan berlangganan nawala mingguan di website Artopologi.
Faisal Mujaddid
Triumph of Gatalea oleh Raphael
Pada era Renaisans, pigmen-pigmen eksklusif yang mewah semacam lapis lazuli yang pernah digunakan oleh Vermeer pada Girl with a Pearl Earring terlalu berharga untuk dipakai sembarangan.
Pemakaian pigmen seperti itu bahkan dinilai terlalu berharga ketika dicampurkan dengan plaster, yang merupakan komposisi air dan pasir. Maka dari itu, pemakaiannya sangat terbatas pada fresco secco, di mana sangat mengurangi usia dari material tersebut.
Fresco atau Fresko merujuk pada lukisan yang memakai pigmen berbahan dasar air yang diaplikasikan pada tembok atau atap yang sudah dilapisi plaster sebagai primer. Ada dua cara pengaplikasian fresko.
Teknik buon fresco telah dipraktekkan sedari peradaban kuno, seperti pada kaum Minoan, Etruscan, Romawi, dan terutama pada era renaisans. Buon Fresco, atau yang sering dinamakan sebagai “fresko yang sebenarnya, adalah kombinasi dari tiga campuran plaster, pasir, dan terkadang bubuk atau debu marmer.
Ketika dua dari tiga campuran tersebut mengering, seniman memindahkan outline dari desainnya kepada lapisan tembok atau atap dia berkarya. Setelah itu, lapisan halus plaster yang bernama intonaco diaplikasikan ke keseluruhan lukisan, dan seketika itu juga seniman harus mulai mengerjakan karyanya pada lapisan ketiga ini selagi masih basah.
Setelah mengering, partikel dari pigmen tersebut menjadi bagian penting dari karya. Banyak karya seni monumental yang dapat kita akses sampai hari ini karena memakai teknik ini.
Fresco secco, atau fresko ‘kering’ dibuat dengan membasahi tembok kering dan melukis di atasnya selagi permukaannya masih basah.