Indonesia adalah negara yang kaya akan warisan seni rupa, memiliki banyak tokoh seni rupa yang telah menyumbangkan karya-karya luar biasa dalam perkembangan seni di negara ini.
Seiring berkembangnya waktu, karya seni rupa juga mengalami perubahan sesuai dengan tren jaman, contohnya pada tahun 1930-an gaya lukisan populer adalah gaya Mooi Indie, dengan pelukis terkenal seperti Abdullah. Setelah Indonesia merdeka, gaya realisme, impresionisme, dan ekspresionisme mulai menjadi populer di dunia seni. Sebagai contoh, tokoh seni rupa yang fenomenal, Affandi, selalu mencari bentuk baru dalam lukisannya, mulai dari realisme, impresionisme, hingga ekspresionisme pada akhir hidupnya.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi lebih dalam tentang tokoh-tokoh seni rupa terkenal di Indonesia yang telah memberikan sumbangsih besar dalam mengembangkan seni rupa di negara ini, mulai dari latar belakang, karya-karyanya hingga dampak yang diberikan kepada dunia seni rupa. Mari kita lihat bersama-sama kreativitas dan keunikan yang ditawarkan oleh tokoh-tokoh seni rupa Indonesia yang akan kita bahas dalam artikel ini.
Daftar Singkat Tokoh Seni Rupa Indonesia
Affandi
Affandi merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia seni rupa Indonesia. Lahir pada 7 Juli 1907 di Cirebon, Jawa Barat, ia meninggal pada tanggal 23 Mei 1990 di Yogyakarta. Keahlian dan gaya ekspresionisnya yang kuat membuatnya dikenal sebagai pelukis terkenal di Indonesia dan dunia.
Affandi memulai karier seninya pada tahun 1930-an dan selama berkarir, ia mengeksplorasi berbagai macam teknik lukis seperti realisme, impresionisme, dan ekspresionisme. Ia menjadi salah satu pelukis yang mempopulerkan ekspresi emosional dalam karyanya.
Affandi dikenal dengan karyanya yang mengeksplorasi tema-tema seperti alam, keluarga, sosial, dan politik. Ia menyampaikan emosi dan perasaannya melalui lukisan-lukisannya yang memiliki nuansa ekspresionis. Gaya lukis yang unik ini membuat lukisan-lukisannya menjadi sangat menarik dan memikat bagi para pengamat seni.
Affandi merupakan salah satu pelukis terkenal yang memiliki pengaruh besar dalam dunia seni rupa Indonesia. Karya-karya dan gaya lukis yang unik membuatnya dikenal dan diakui secara nasional dan internasional. Jejak dan warisan yang ditinggalkan oleh Affandi akan terus diapresiasi dan diingat sebagai salah satu pelukis terbaik dalam sejarah seni rupa Indonesia.
Affandi adalah seorang pelukis ekspresionis terkenal Indonesia yang memiliki banyak karya-karya ikonik. Keahlian dan gaya lukis yang unik membuatnya dikenal dan diakui dalam dunia seni rupa Indonesia dan dunia.
S. Sudjojono
Sudjojono memiliki nama lengkap Sindoedarsono Soedjojono dan lahir di Kisaran, Sumatera Utara pada bulan Mei 1913. Ia merupakan pelukis legendaris Indonesia dan dikenal sebagai Bapak Seni Rupa Modern Indonesia karena memperkenalkan modernitas dalam seni rupa di Indonesia. Modernitas yang dimaksudkan adalah dengan mengangkat konteks keadaan yang sebenarnya di Indonesia. Setiap karya yang dibuatnya diberi tanda “S. Sudjojono.” Ia meninggal pada 25 Maret 1985 di Jakarta.
Salah satu karya terkenal Sudjojono adalah “Gerak Baru” yang mengilustrasikan sekelompok wanita muda yang mengenakan busana tahun 1980-an yang melampiaskan gaya dansa baru.
Dalam lukisan ini, Sudjojono menggunakan gaya dan teknik yang berbeda dari lukisan-lukisan tradisional Indonesia sebelumnya, yang lebih menekankan pada form dan warna. Lukisan “Gerak Baru” merupakan observasi Sudjojono akan masyarakat sekitar yang menggambarkan adanya pergantian era.
Sudjojono menyadari perubahan tersebut saat sedang menonton putri bungsunya menari tarian yang saat itu cukup asing di ulang tahun ke-17 nya. Keindahan seni bagi Sudjojono adalah bagaimana seni dapat mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan hal-hal yang terjadi dalam lingkungan sekitar. Sebuah lukisan harus melampaui representasi fotografi agar dapat masuk ke dalam inti jiwa, karena menurutnya, jiwa memiliki banyak ragam karakter yang berbeda-beda: rasa dari kehidupan, filosofi, warna, keindahan
Gerak Baru sangat penting bagi sejarah seni Indonesia karena membuka jalan bagi seniman untuk mengekspresikan ide-ide mereka secara bebas dan tidak terikat oleh tradisi lama. Lukisan ini menjadi simbol dari perubahan dan perkembangan dalam seni Indonesia pada masa itu dan tetap dikenang sebagai bagian dari sejarah seni Indonesia.
Sudjojono juga dikenal sebagai penulis dan aktivis di bidang seni rupa. Sejak pendudukan Jepang, ia memainkan peran penting sebagai pengajar seni lukis di Pusat Kebudayaan Keimin Bunka Shidosho di Jakarta. Pada tahun 1943, ia bekerja dengan Affandi untuk Departemen Seni Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), dan setahun kemudian, ia menjadi kepala bagian seni rupa di Sekretariat Menteri Negara Urusan Pemuda. Tahun 1946, ia membentuk grup Seniman Indonesia Muda (SIM) di Madiun dan berkedudukan sebagai ketua grup tersebut.
Beberapa karya dari Sudjojono antara lain “Di Depan Kelambu Buka”, “Cap Go Meh”, “Kawan-kawan Revolusi”, “Pengungsi”, dan “Seko”.
Barli Sasmitawinata
Barli Sasmitawinata lahir pada tanggal 18 Maret 1921 di Bandung. Pada tahun 1935, dia memulai pendidikan seninya dengan belajar melukis di studio milik Jos Pluimentz, seorang pelukis Belgia yang tinggal di Bandung. Barli adalah satu-satunya “orang setempat” yang belajar di studio tersebut dan juga belajar kepada Luigi Nobili, pelukis Italia.
Di studio tersebut, Barli bertemu dengan Affandi dan bersama-sama dengan Affandi, Hendra Gunawan, Soedarso, dan Wahdi Sumanta, membentuk “Kelompok Lima Bandung”. Pada tahun 1948, Barli mendirikan Sanggar Seni Rupa Jiwa Mukti. Sejak periode awal kariernya sebagai seniman, Barli dikenal sebagai seorang ilustrator dan memegang posisi sebagai ilustrator di Balai Pustaka, Jakarta sejak tahun 1930-an. Dia juga menjadi ilustrator untuk beberapa koran yang terbit di Bandung.
Pada tahun 1950, Barli menerima beasiswa dari Pemerintah Belanda untuk belajar di Academie Grande de la Chaumiere di Paris, Perancis. Kemudian, ia melanjutkan studinya di Rijksacademie voor Beeldende Kunsten di Amsterdam, Belanda hingga tahun 1956.
Selama di luar negeri, Barli memegang posisi sebagai ilustrator pada majalah De Moderne Boekhandel di Amsterdam dan majalah Der Lichtenbogen di Recklinghausen, Jerman. Setelah kembali dari sekolah, ia menciptakan Sanggar Rangga Gempol di kawasan Dago, Bandung pada tahun 1958.
Barli juga mengajar seni lukis di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan memainkan peran sebagai salah satu perintis jurusan seni rupa di Institut Kejuruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung (kini bernama Universitas Pendidikan Indonesia) pada tahun 1961. Meskipun begitu, Barli sebenarnya lebih sering mengajar murid-muridnya secara informal di sanggar. Tahun 1992, ia membuka Museum Barli Bandung.